Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern
logo
  • Alamat

    Jl Kauman No.1 Pecangaan Jepara

  • e-mail

    smkw9@yahoo.com

  • Telp

    (0219) 7510124

blog-img-10

Posted by : Admin Website

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEFA

Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 ini memiliki empat aspek dalam sistem penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan aspek spiritual. Kurikulum ini lebih mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan yang berkarakter. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa paham terhadap materi, siswa aktif berdiskusi dan mampu presentasi, serta siswa harus memiliki sopan santun dan disiplin yang tinggi.

Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman di masa depan. Titik beratnya, kurikulum ini disusun untuk mendorong peserta didik agar lebih baik dalam melakukan penelitian, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasi atau mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau yang mereka ketahui setelah mereka menerima materi pembelajaran. Objek yang menjadi pembelajaraan pada kurikulum ini adalah fenomena alam, sosial, dan budaya. Melalui pendekatan-pendekatan yang lebih berdasarkan pada fakta yang ada di sekitar lingkungan diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang jauh lebih baik. Mereka akan menjadi individu yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif sehingga mereka akan mampu menghadapi tantangan zaman dan apapun permasalahan atau persoalan yang akan terjadi di masa depan.

Karakteristik penilaian dalam kurikulum 2013 adalah penilaian dari belajar tuntas, yakni capaian minimal dari kompetensi setiap muatan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dalam kurun waktu belajar tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan dengan sistem otentik dan sitem berkesinambungan. Sistem otentik penilaian ini untuk mengukur pencapaian kompetensi secara holistik sesuai kondisi nyata. Sedangkan sistem berkesinambungan yaitu sistem penilaian yang dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan acuan kriteria dalam penilaian ini, peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya, tetapi dibandingkan dengan ketuntasan yang ditetapkan dan ketuntasan dalam mencapai kriteria yang telah ditentukan.

Keberhasilan penerapan kurikulum 2013 ditentukan oleh guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Namun, sosok yang utama dalam penerapan kurikulum itu adalah guru. Untuk itu, guru masa depan diharapkan mampu membelajarkan siswa untuk menulis dan berbicara sebagai implementasi dari kurikulum 2013 ini. Guru juga harus selalu mengupgrade kemampuan, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran agar guru tidak ketinggalan zaman, mampu menciptakan suasana dalam proses pembelajaran menjadi aktif, efektif, dan menyenangkan. Dan tentunya siswa akan sangat paham ketika metode yang digunakan guru begitu efektif untuk siswa. Guru sebagai pendidik di sekolah dituntut pula untuk mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan mengembangkan kecakapan abad 21 dalam proses pembelajarannya. Kecakapan abad 21 tersebut meliputi 3 hal, yakni : (1) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), (2) Kompetensi 4C (Critical thinking skills, Collaboration skills, Creativity skills, Communication skills), dan (3) Kecakapan literasi dasar (literasi bahasa dan sastra, literasi numeracy, literasi sains, literasi digital, literasi keuangan, dan literasi budaya dan kewarganegaraan).

Dalam kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk secara profesional : (1) merancang pembelajaran efektif dan bermakna, (2) mengorganisasikan pembelajaran, (3) memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, (4) menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, dan (5) menetapkan kriteria keberhasilan.

  1. Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna.

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek  pedagogi, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.

  1. Mengorganisasikan pembelajaran.

Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mrngorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.

  1. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative  teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).

  1. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter.

Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

 

Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.

Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.

 

Pembelajaran Berbasis TEFA (Teaching Factory)

SMK Walisongo Pecangaan mulai tahun ajaran 2019-2020 menggunakan model pembelajaran berbasis TEFA (Teaching Factory) pada dua kompetensi kejuruan, yakni jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif dan Teknik Komputer Jaringan. Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK yang berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaan Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Model pertama, Dual Sistemdalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
  2. Model kedua, Competency Based Training(CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
  3. Model ketiga, Production Based Education and Training (PBET)merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
  4. Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.

 

Tujuan pembelajaran Teaching Factory

  1. Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
  2. Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
  3. Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
  4. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
  5. Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
  6. Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
  7. Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

 

Adapun tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah sebagai berikut.

  • Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri;
  • Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen;
  • Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu;
  • Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

 

Sintaksis Teaching Factory

Atas dasar uraian di atas, sintaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly – San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin : 2001) dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :

  1. Merancang produk

Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/ cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukan kontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.

  1. Membuat prototype

Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.

  • Memvalidasi dan memverifikasi prototype

Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.

  1. Membuat produk masal

Peserta didik mengembangkan jadwal dan jumlah produk/ pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.

  1. Menerima order

Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel.

  1. Menganalisis order

Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.

  1. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order

Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.

  1. Mengerjakan order

Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswa sebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan

  1. Mengevaluasi produk

Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/ layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.

  1. Menyerahkan order

Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.